Meme Gerakan "Cuti Sehari" Jadi Viral, Ini Dia Pengakuan sang Pembuat Meme

Share:
Meme Gerakan "Cuti Sehari" Jadi Viral, Ini Dia Pengakuan sang Pembuat Meme ,


Beritateratas.com - Sebuah rencana gerakan untuk cuti sehari beredar di media sosial. Gerakan tersebut mengajak para pendukung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk menggunakan jatah cuti mereka sehari saja sehingga bisa mengikuti proses verifikasi yang dilakukan KPU DKI.

Hal itu sekaligus menjawab kekhawatiran Ahok yang sempat mengeluh bahwa pendukungnya akan kerepotan terkait dengan aturan baru soal verifikasi dukungan bagi calon perseorangan dalam UU Pilkada.

"Begitu enggak ada di rumah, (dikasih) 3 hari batas waktu kamu mesti datang ke PPS terdekat. PPS terdekat buka 24 jam enggak? Kalau dia cuma bilang buka jam kerja saja, harus minta cuti dulu buat datang. Ada berapa orang dong yang mau cuti?" kata Ahok beberapa waktu lalu.

Dalam UU Pilkada yang telah direvisi, verifikasi faktual mewajibkan petugas KPU untuk bertatap muka dengan pemilik KTP yang memberi dukungan untuk calon indepeden. Jika tidak bisa ditemui, para pendukung memiliki waktu tiga hari untuk datang ke kantor PPS dan melakukan verifikasi.

Atas dasar itulah gerakan cuti satu hari muncul dan menjadi viral di media sosial. 
Gerakan ini diinisiasi oleh tim Admin FP Dukung Ahok Gubernur DKI. Dihubungi redaksi Beritateratas.com, Admin  FP Dukung Ahok Gubernur DKI ini mengakui awalnya mempunya ide ini karena gregetan dengan DPR yang seakan - akan ingin menjegal Ahok dengan segala macam cara. Toh baru mendaftar sebagai calon, menang atau tidak nanti tergantung saat pemilihan, bukan?


"Kami gregetan dengan Fadli Zon Cs, koq ribet banget. Tambah lagi Fahri Hamzah yang ingin bikin formulir khusus segala, bikin emosi aja. Orang cuma daftar kan belum jadi pemenang lha koq pada ribet??
Tapi yang namanya sudah jadi undang - undang yah harus dituruti sehingga kami berpikir mengapa kita tidak bikin cuti sehari buat Ahok? Biar Indonesia bisa melihat betapa luar biasanya semangat kami dan biar Indonesia melihat bahwa kami itu ada, bukan Anonim," begitu pesan dari Tim Admin  FP Dukung Ahok Gubernur DKI.

Awalnya meme itu hanya bergambar Ahok. Tapi begitu dipikir - pikir ternyata kurang pas kalau gambarnya Ahok. Jadi kami tambah gambar Ahok dan Heru.

"Sebenarnya itu dalam satu meme ada 3 pic. Awalnya pake foto Ahok aja. Tapi berasa gak pas. Jadi karena males ngulanginya jadi ditimpah dengan foto Ahok dan Heru,"jelas Tim Admin  FP Dukung Ahok Gubernur DKI.

Tim Admin  FP Dukung Ahok Gubernur DKI berharap gerakan Cuti Sehari yang disebarkan melalui meme bisa sampai pada TemanAhok dan bisa dijadikan pertimbangan buat TemanAhok untuk langkah kedepan agar dalam verifikasi Faktual tidak banyak suara yang hilang. 

"Kami bikin meme ini ingin bisa sampai pada temanAhok untuk kemudian bisa jadi pertimbangan dalam menghadapi permasalahan verifikasi faktual untuk meminimalisir banyak suara yang hilang. Alhamdulilah ide kami ini sampai dan pak Ahok pun menyetujui. Tinggal bagaimana pelaksanaan di lapangan. Semoga TemanAhok bisa membantu menjadi jembatan buat kami untuk mewujudkan Jakarta Baru,"jelas  Admin FP Dukung Ahok Gubernur DKI.

"Untuk saat ini Jakarta butuh orang seperti Ahok. Yang lain kebanyakan wacana, programnya apa kita gak tahu. Bikin diskusi, diskusi melengserkan Ahok. Galang dukungan, menggalang dukungan untuk melengserkan Ahok. Jadi gimana? Di awal saja mereka sudah sibuk berebut kursi, apalagi kalau sudah dapat. Lupa dah sama rakyat!" sambung admin FP Dukung Ahok Gubernur DKI.

Di akhir wawancara kami, admin  FP Dukung Ahok Gubernur DKI tak lupa menyampaikan satu pernyataan yang diwanti - wanti untuk ditulis.

"Sebenarnya kami  ingin sekali cepet - cepet selesai. Mau Ahok menang atau Tidak yang penting 'cukup buat nyalon' itu aja. Kalau udah cukup buat Nyalon itu artinya cukup juga buat geret Habibburokhman penuhin nazarnya untuk lompat bebas dari Monas jangan cuma omdo!" 

Demokrasi partisipatif

Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan gerakan tersebut merupakan sebuah bentuk demokrasi partisipatif. Model demokrasi di Jakarta dari dulu cenderung berbentuk demokrasi mobilisasi.

Bibit-bibit semangat demokrasi partisipatif, kata Yunarto, sebenarnya sudah muncul ketika Jokowi dan Ahok maju pada Pilkada DKI 2012.

"Bagaimana pemilih tidak lagi diberikan atribut, melainkan diajak membeli baju kotak-kotak sebagai bentuk kerelaan mendukung," ujar Yunarto kepada Kompas.com, Jumat (10/6/2016).

Sikap pemilih semacam itu sulit untuk dibentuk. Biasanya pendukung di Jakarta cenderung apatis dan pragmatif, khususnya pada masyarakat kelas menengah ke atas yang tidak peduli dengan proses pemilu.

"Menurut saya biasanya orang kota menghindari, kelas menengah juga menghindari. Tapi kemudian ada euforia seperti ini mereka bersedia ikut sibuk," ujar Yunarto.

Ia menambahkan, munculnya gerakan cuti itu menambah geliat demokrasi partisipatif yang sudah dimulai sejak Pilkada DKI 2012.

"Ini merupakan rentetan dari kampanye ala partisipatif yang sudah dimulai dari jaman Jokowi Ahok," kata dia.(Kompas.com/beritateratas.com)



Tidak ada komentar